Ciri-ciri Historiografi Tradisional adalah :
- Adanya suatu visi historiografi tradisional yaitu raja sentris
- Setiap tulisan pujangga selalu mengangkat hal-hal yang berhubungan dengan raja. (raja biasanya dianggap sebagai titisan dewa)
- Dari segi misi, unsur-unsur faktual masih ada, disampaikan secara halus.
- Penyajian dari historiografi tradisional ini lebih menggunakan simbol. Cerita dibuat dengan suatu simbol-simbol saja.
- Sumber-sumber sejarah tradisional yang mendasari historiografi tradisional cenderung mengabaikan unsur-unsur fakta karena terlalu dipengaruhi oleh sistem kepercayaan yang dimiliki masyarakat.
- Adanya kepercayaan tentang perbuatan magis yang dilakukan tokoh-tokoh tertentu.
Ciri-ciri
Historiografi Tradisional di Indonesia memiliki persamaan dan perbedaan dengan
Ciri-ciri Historiografi Tradisional di Asia Tenggara.
Ciri-ciri yang sama :
- Kebanyakan karya-karya tersebut kuat dalam hal geneologi, tetapi lemah dalam hal kronologi dan detil-detil biografis.
- Tekanannya adalah pada gaya bercerita, bahan-bahan anekdot, dan penggunaan sejarah sebagai alat pengajaran agama.
- Bila karya-karya tersebut bersifat sekuler maka nampak adanya persamaan dalam hal perhatian pada kingship (konsep mengenai raja) serta tekanan diletakkan pada kontinuitas dan loyalitas yang ortodoks.
- Pertimbangan-pertimbangan kosmologis dan astrologis cenderung untuk menyampingkan keterangan-keterangan mengenai sebab-akibat dan ide kemajuan (progress).
Perbedaan-perbedaan yang pokok :
- Agama telah memisahkan agama para sejarawan Indo-Islam dan konteks sosio-ekonomi agama Hindu. Agama juga memisahkan orang-orang Muangthai dan Kamboja dari tradisi historiografi Asia Timur dalam bentuk Vietnamnya. Agama juga memisahkan dunia Melayu-Jawa dari orang Muangthai dan Birma di satu pihak dan orang Filipina di lain pihak.
- Persaingan nasional mempengaruhi karya mengenai bangsa-bangsa yang bertetangga, umpamanya karya-karya orang Birma dan Muangthai.
- Perbedaan bahasa di Asia Tenggara sebelum menurunnya bahasa Pali sangat rumit, kebanyakan karya-karya itu tidak dapat dibaca di luar batas negara-negara itu sendiri.
- Kebijaksanaan raja-raja mengenai penulisan sejarah cukup beragam: karya-karya Islam dan Melayu diedarkan di kalangan umum, sedangkan karya-karya orang Muangthai, Birma serta Vietnam hanya untuk kepentingan pihak resmi.
0 komentar:
Posting Komentar